Rabu, 14 Desember 2011

Cara Simple Buat Cantik

Sudah sejak jaman dahulu, banyak bahan yang memelihara kecantikan tetapi kini semakin canggih saja mulai dari AHA, Kinetin, filler hingga botox. Tetapi sebenarnya bahan-bahan perawatan kecantikan yang digunakan dulu kini masih tetap digunakan oleh kaum perempuan. Jika anda ingin mengetahui bahan perawatan apa saja, sebaiknya anda simak berikut ini.

Untuk wajah anda bisa menggunakan bedak dingin yang berfungsi sebagai masker. Manfaat yang bisa anda dapatkan adalah mendinginkan kulit wajah yang terkena terik matahari, menghaluskan kulit wajah sekaligus menipiskan noda-noda atau flek. Biasanya bedak dingin terbuat dari tepung sari pati beras yang dicampur dengan sari pati bunga-bunga seperti mawar, kenanga, cempaka ataupun melati maupun daun pandan. Sehingga selain untuk merawat kulit, juga memberikan aroma yang wangi. Kemasan bedak dingin biasanya berbentuk bulatan-bulatan kecil. Sebelum anda mengoleskan bedak tersebut, hancurkan dulu bulatan-bulatan bedak dingin terlebih dahulu menjadi bubuk dan dicampur dengan sedikit air mawar.

Dari sejak dulu, masker sudah dikenal untuk merawat wajah anda. Beragam bahan digunakan sebagai masker seperti bengkuang untuk menghilangkan noda wajah serta mencerahkan kulit, alpukat untuk memberi kelembapan serta tomat untuk menghaluskan kulit. Bahan beras juga biasa digunakan sebagai masker dipadu dengan temulawak dan belerang untuk kulit berjerawat. Hal ini sama seperti bedak dingin, bahan-bahan utama beras ditumbuk hingga halus dan dicampur air mawar sebelum dibubuhkan pada wajah.

Jika saat ini dikenal AHA, BHA, Kinetin yang semuanya mengandung bahan bersifat asam (acid) sebagai bahan regenerasi (peremajaan) kulit, maka dulu sudah dikenal masker dari bahan asem jawa maupun papaya untuk memudakan kembali kulit wajah.

Dulu, kaum perempuan juga sudah mengenal scrub yang bertujuan untuk meluruhkan lapisan kulit mati juga. Seperti scrub dari bubuk kerang yang dicampur dengan air mawar ataupun tepung beras yang dicampur dengan sari pati kemuning dan dicampur air mawar. Biasanya bahan-bahan ini dioleskan pada kulit lalu digosok-gosokkan sehingga kulit matipun berguguran.

Untuk pelembab biasanya kaum perempuan jaman dulu sering menggunakan minyak sebagai pelembab wajah seperti minyak zaitun maupun minyak bulus. Minyak dari sari pati bunga mawar juga lazim digunakan sebagai pelembap, pembersih maupun sebagai pewangi. Anda tertarik untuk mencoba perawatan alami diatas? Silakan mencoba.


Dikutip dari : http://artikelziziheart.wordpress.com

Selasa, 06 Desember 2011

Bagaimana Mengatasi Para Bully

Bully : Seseorang atau sekelompok orang yang kesukaan utamanya adalah membuat orang lain sedih/sakit hati/terhina/pengen bunuh diri/dan perasaan negatif lainnya.

Para bullier (bener gak?) ini gak cuma laki-laki, well meskipun most of them laki-laki.
Sebenarnya setelah melihat film, baca buku, majalah, atau media lainnya. Perempuan mem-bully lebih ke mental dari pada ke fisik. Kalo laki-laki suka membully fisik seperti "membuat babak belur anak lain yang dia anggap lemah ; "menempelkan tanda 'kick me' di punggung orang lain", perempuan lain lagi ...
Mereke "menyindir" ; "memberi pandangan merendahkan" ; "mengucilkan" ; " menghina" dan banyak lagi yang kebanyakan tidak perlu banyak kerja fisik, cukup bujuk beberapa teman lain untuk mem-bully orang tersebut.

Now! Bagaimana menghindari atau bahkan mengalahkan para bully?

  • First, u CAN ignore it ... meskipun kedengarannya susah, apalagi buat kamu2 yang temperamen, mengacuhkan para bully adalah salah satu cara yang ampuh. Mereka akan merasa diacuhkan dan bosan mengganggu kamu. Instead, kamu yang bakal ketawa diakhir episod.
  • Second, u CAN fight them ... but be careful! Fight disini artinya bukan menarik rambut cewek-cewek jahat itu, (meskipun kamu sangat ingin) .. Im just saying, biting her hand wont clear things up. Just say, "I DONT CARE WHAT ARE YOU SAYING ABOUT ME" or you can say "Kamu Jahat" dan kemudian pergi. Believe me, its work!!! 
  • Third, you can always kick their ass when you think u had enough ...


The point is, no matter what those bullier do to you... Its not gonna change who you are! That what I call The Coolest Girls! Mereka tidak membiarkan orang lain menentukan kebahagiaan mereka, you know what I mean. Mereka bahkan berhasil membuat beberapa bullier menyadari kesalahan mereka. Just think, why those jerk mess up with you? Because they have no brain, they immature, dan dont have anything else to do ...

Just enjoy your life .. Those bullier do not worth enough to disturb your amazing life! 

Jumat, 18 November 2011

Iridescent Linkin Park

Ini rasanya perasaan aku sekarang .... (cuihh)



When you were standing in the wake of devastation
You were waiting on the edge of the unknown
With the cataclysm raining down
Inside's crying save me now
You were there impossibly alone

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go, let it go

And in a burst of light that blinded every angel
As if the sky had blown the heavens into stars
You felt the gravity of tempered grace
Falling into empty space
No one there to catch in their arms

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go let it go

Choir
Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go

Let it go (repeat)

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go let it go




Memang satu-satunya jalan untuk mengalahkan depresi, frustasi, setres, dan hal2 sedih lainnya cuma "let it go"

Maju kedepan dan jadiin semua hal yang bikin kita sedih sbg pelajaran ...

Dan InsyaAllah kita akan menjadi orang yang lebih bahagia dan bisa memberi manfaat bagi orang lain .... :D
Aamiin

Kamis, 17 November 2011

BUKITTINGGI

Bukittinggi city began standing in line with the arrival of the Dutch who later founded the blockhouse in 1825 on Padri War period in which there is one hill in this town, known as Fort de Kock, as well as a resting place of the Dutch officers who are in the colonies. Later in the reign of the Dutch East Indies, the area is always enhanced role in the constitution which later developed into a Stadsgemeente (city),  and also serves as the capital Afdeeling Padangsche Bovenlanden and Onderafdeeling Oud Agam.
During the Japanese occupation, the city of Bukittinggi used as a control center for the region of Sumatra military government, even to Singapore and Thailand, where the city became the seat of the military commander to 25 Kenpeitai, under the command of Major General Hirano Toyoji. Later the city changed its name from Fort de Kock became Stadsgemeente Bukittinggi The Yaku Sho, whose land was broadened to include the surrounding villages-villages like Sianok Anam Tribe, Gadut, Kapau, Ampang Tower, Taba and Bukit Batu Batabuah. Now Nagari-Nagari is entered into the Agam regency.




Bukittinggi is located on the Bukit Barisan range that ran along the island of Sumatra, surrounded by three volcanoes is Mount Singgalang, Mount Marapi and Mount Sago, and at an altitude of 909-941 meters above sea level. The city is also air cool with temperatures ranging between 16.1 - 24.9 ° C. While the total area of the current town of Bukittinggi (25.24 km ²), 82.8% have been devoted to cultivation of land, while the rest is protected forest.

The city has a hilly topography and berlembah, some hills are scattered in urban areas, among them the Mount Ambacang, Bukit Tambun Bones, Mandiangin Hill, Hill Campago, Kubangankabau Hill, Bukit Pinang Sabatang Nan, Canggang Hill, Hill Paninjauan and so on. While there is a valley which is also known as Sianok canyon with a depth that varies between 75-110 m, which didasarnya flows a river called the Trunk Masang which empties on the west coast of Sumatra island.


The development of the urban population can not be separated from the change in Bukittinggi Bukittingi a trade center in the Minangkabau highlands, starting with the market dibangunya by the Dutch East Indies government in 1890 under the name loods, local people spell it with loih, with a curved roof became known as the Loih Galuang.

Today, the city Bukittingi is the most populous city in the province of West Sumatra, with a workforce of 52,631 people and about 3845 of them are unemployed. The city is dominated by ethnic Minangkabau, but there are also ethnic Chinese, Javanese, Tamil and Batak.

Chinese community to come together with the emergence of markets in London, they allowed the Dutch East Indies government to build a shop / kiosk at the foot of the hill fortress of Fort de Kock west, stretching from south to north, now known as Kampung Cino. While the Indian traders placed in the foothills of the north, a circular from east to west and is now called Kampung Keling.




The development of tourism is one of the leading sectors for the city of Bukittinggi, the many interesting attractions, make this city dubbed as the "city tour". Currently in the town of Bukittinggi has been there about 60 hotels and 15 travel agencies. Hotels located in cities such as The Hills Bukittinggi (formerly Novotel), Hotel Pusako and so on.

Sianok canyon valley is one of the main attractions. Panorama Park is located in the town of Bukittinggi allow tourists to see the beautiful scenery Sianok canyon. Inside the park there is also a cave Panorama hideaway former Japanese soldiers during World War II is referred to as Japan's Hole Bukittinggi.

In the park there is a replica Kanduang Bundo Tower House which serves as a museum of Minangkabau culture, Bukittinggi Zoo and Fort de Kock is connected by a pedestrian bridge called the Bridge Limpapeh. Limpapeh pedestrian bridge above the road A. Yani which is the main street in the town of Bukittinggi.

Market Ateh (pasas above) are adjacent to the Clock Tower which is the center of the city. In the market there are many sellers Ateh handicrafts and embroidery as well as snacks souvenirs typical of West Sumatra as Karupuak Sanjai (cassava chips ala Sanjai area in London) is made from cassava, Karupuak Jangek made ​​from cow or buffalo leather and Karak Kaliang, a kind typical of Bukittinggi snacks shaped like a figure 8. Currently, he also has built several modern shopping centers in the city of Bukittinggi.
After the independence of Indonesia, Bukittinggi was chosen to be the capital of the Province of Sumatra, with its governor Mr. Teuku Muhammad Hasan. The United Kingdom is also defined as an area municipality under the Province of Sumatra Governor Decree No. 391 dated June 9, 1947.
At the time of maintaining the independence of Indonesia, the City Bukitinggi role as the city struggles, where on December 19, 1948, the city is designated as the capital of Indonesia after the Yogyakarta fell into Dutch hands, known as the Emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI). Later on, the event was designated a State-Defense Day, based on the Decree of President of the Republic of Indonesia Number 28 Year 2006 dated December 18, 2006.
The next big city of Bukittinggi be based on Law Number 9 Year 1956 concerning the establishment of an autonomous region within the major cities of the province of Central Sumatra that time,  which includes the province of West Sumatra, Jambi, Riau and Riau Islands now.
Even after the issuance of Government Regulation Number 84 of 1999 as a new legal basis of regional government in the implementation of Bukittinggi, but until now still can not be implemented.

Selasa, 15 November 2011

BUKITTINGGI IS THE BEST OF THE BEST



Kota Bukittinggi
Jam Gadang Bukittinggi

Logo
Motto: Saayun Salangkah
Letak Bukittinggi di Sumatera Barat
Kota Bukittinggi terletak di Indonesia
Kota Bukittinggi
Letak Bukittinggi di Indonesia
Koordinat: 0°17′8.93″S 100°22′3.61″E
Negara Indonesia
Provinsi Sumatera Barat
Pemerintahan
 - Wali kota H. Ismet Amzis, S.H.
 - DAU Rp. 273.043.100.000,- 
Luas
 - Total 25,24 km2
Populasi (2010)
 - Total 110.954
 Kepadatan 4.396/km²
Kecamatan 3
Kelurahan 24
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode area telepon +62 752
Situs web www.bukittinggikota.go.id   

Sejarah
Kota Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Kota ini sebelumnya disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya pernah juga dijuluki sebagai Parijs van Sumatra selain kota Medan, dan kota Bukittinggi juga pernah menjadi ibukota negara Indonesia.
Kota ini merupakan kota kelahiran salah seorang Proklamator RI yaitu Bung Hatta, disebut juga sebagai kota pusaka dengan Jam Gadang, yaitu sebuah landmark di ketinggian jantung kota, berbentuk jam besar mirip Big Ben, sekaligus menjadi simbol bagi kota yang juga berada pada tepi sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok.
Selain itu kota Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia.
Kota Bukittinggi mulai berdiri seiring dengan kedatangan Belanda yang kemudian mendirikan kubu pertahanan pada tahun 1825 pada masa Perang Padri di salah satu bukit yang terdapat dalam kota ini, dikenal sebagai Benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Kemudian pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah Stadsgemeente (kota), dan juga berfungsi sebagai ibukota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.
Pada masa pendudukan Jepang, Kota Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand, di mana pada kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke 25 Kenpeitai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bukittinggi dipilih menjadi ibukota Provinsi Sumatera, dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad Hasan Kemudian Bukittinggi juga ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan, di mana pada tanggal 19 Desember 1948, kota ini ditunjuk sebagai ibukota negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Dikemudian hari, peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tanggal 18 Desember 2006.
Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi Kota Besar berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah provinsi Sumatera Tengah masa itu, yang meliputi wilayah provinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau sekarang.
Walaupun setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 sebagai dasar hukum baru pemerintahan daerah Kota Bukittinggi namun dalam implementasinya sampai sekarang masih belum dapat dilaksanakan.

Geografi

Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera, dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Sago, serta berada pada ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut. Kota ini juga berhawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1 – 24.9 °C. Sementara dari total luas wilayah kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82.8% telah diperuntukan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.
Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan ini, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan dan sebagainya. Sementara terdapat lembah yang dikenal juga dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75 - 110 m, yang didasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang yang bermuara di pantai barat pulau Sumatera.

Kependudukan

Masjid Bengkudu dengan kolam di sekitarnya di dekat Bukittinggi, salah satu masjid tertua di Indonesia.
Pasar Ateh tempo dulu
Perkembangan penduduk kota Bukittinggi tidak lepas dari berubahnya Bukittingi menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau, dimulai dengan dibangunya pasar oleh pemerintah Hindia-Belanda tahun 1890 dengan nama loods, masyarakat setempat mengejanya dengan loih, dengan atap melengkung kemudian dikenal dengan nama Loih Galuang.
Saat ini kota Bukittingi merupakan kota terpadat di provinsi Sumatera Barat, dengan jumlah angkatan kerja 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran. Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil dan Batak.
Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi, mereka dizinkan pemerintah Hindia-Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit benteng Fort de Kock sebelah barat, membujur dari selatan ke utara, saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling.
Tahun 2008 2010
Jumlah penduduk 106.045 Green Arrow Up.svg 110.954
Sejarah kependudukan kota Bukittinggi

Pemerintahan

Balai kota Bukittinggi
Sejak tahun 1918 kota Bukittinggi telah berstatus gemeente, selanjutnya tahun 1930 wilayah kota ini diperluas menjadi 5.2 km². Pada masa pendudukan Jepang wilayah kota ini kembali diperluas. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia terjadi tumpang tindih batas-batas wilayah kota ini karena penetapan sepihak baik masa Hindia-Belanda maupun Jepang.
Saat ini batas wilayah pemerintahan kota ini dikelilingi oleh kabupaten Agam, dan konfik antara kedua pemerintah daerah tersebut tentang batas wilayah masih berlanjut, ditambah setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1999 tentang perubahan batas wilayah kota Bukittinggi dan kabupaten Agam, dari peraturan pemerintah (PP) ini luas wilayah kota Bukittinggi bertambah menjadi 145.29,90 km², dengan memasukan beberapa nagari yang sebelumnya pada masa pendudukan Jepang berada dalam wilayah administrasi kota Bukittinggi.
Namun seiring bergulirnya reformasi pemerintahan yang memberikan hak otonomi yang luas kepada kabupaten dan kota, muncul kembali penolakan dari masyarakat kabupaten Agam atas perluasan dan pengembangan wilayah kota Bukittinggi tersebut. Bagi masyarakat kabupaten Agam yang masuk ke dalam wilayah perluasan kota ini, merasa rugi karena dengan kembalinya penerapan model pemerintahan nagari lebih menjanjikan, dibandingkan berada dalam sistem kelurahan. Selain itu timbul asumsi, masyarakat kota yang telah heterogen juga dikhawatirkan akan memberikan dampak kepada tradisi adat dan kekayaan yang selama ini dimiliki oleh nagari.

Perwakilan

DPRD kota Bukittinggi 2009-2014
Partai Kursi
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 8
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 3
Lambang PAN PAN 3
PKS 3
Lambang PPP PPP 3
Lambang Partai Hanura Partai Hanura 2
Lambang PBB PBB 1
Lambang Gerindra Partai Gerindra 1
Lambang PKPI PKPI 1
Total 25

Pada Pemilu Legislatif 2009, DPRD kota Bukittinggi adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan sembilan partai.

Pendidikan

Sejak zaman kolonialis Belanda, kota ini telah menjadi pusat pendidikan di pulau Sumatera dimulai sejak tahun 1872, dengan berdirinya Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (sekolah guru untuk guru-guru bumiputera) atau dikenal juga dengan nama sekolah radja, yang selanjutnya berkembang menjadi volksschool atau sekolah rakyat. Kemudian pada tahun 1912 muncul Holandsch Inlandsche School (HIS), yang dilanjutkan dengan berdirinya Sekolah Pamong Opleiding School voor Inlandsch Ambtenaren (OSVIA) tahun 1918. Pada tahun 1926 juga telah berdiri MULO di kota Bukittinggi.
Pada masa awal kemerdekaan di kota ini pernah berdiri sekolah Polwan dan kadet serta sekolah Pamong Praja yang pertama di Indonesia, bahkan Universitas Andalas pertama kali berdiri berada di kota Bukittinggi.
Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 65 19 11 5 13 4
Data sekolah di kota Bukittinggi

Kesehatan

Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, di mana kota dengan luas relatif kecil ini telah memiliki 5 rumah sakit yaitu 3 buah milik pemerintah dan 2 swasta dengan didukung oleh 5 buah puskesmas dan 6 puskesmas keliling serta 15 puskesmas pembantu. Salah satu yang utama adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar, merupakan rumah sakit umum milik pemerintah tipe B dengan jumlah tempat tidur sebanyak 299.
Rumah Sakit Stroke Nasional yang terdapat di kota ini, merupakan rumah sakit milik pemerintah dengan keunggulan pelayanan untuk stroke dengan jumlah tempat tidur sebanyak 124. Begitu juga Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, sebuah rumah sakit swasta yang telah memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 136 buah.
Sementara untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, sampai tahun 2009 terdapat sebanyak 8 institusi pendidikan tenaga kesehatan di kota Bukittinggi, 2 institusi milik pemerintah (Poltekes) dan 6 dikelola oleh pihak swasta.

Perhubungan

Hotel The Hill di Bukittinggi
Kota Bukittinggi berada pada posisi strategis, terhubung dengan beberapa kota-kota lain termasuk kota-kota yang berada di luar provinsi Sumatera Barat, seperti kota Pekanbaru dan kota Medan, dan merupakan kota yang dilalui oleh jalur Trans Sumatera Tengah. Terminal Aur Kuning merupakan terminal utama untuk angkutan transportasi darat di kota ini. Sementara untuk transportasi dalam kota, tersedia sarana angkutan kota selain taksi berupa mikrolet dan bendi (kereta kuda).
Sebelumnya kota ini dilalui oleh jalur kereta api dari kota Payakumbuh menuju kota Padang, yang dibangun sekitar awal abad ke 20 pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, namun setelah kemerdekaan sarana transportasi ini tidak aktif lagi.
Kota ini juga telah memiliki sarana transportasi udara non kelas yang bernama Bandara Bukittinggi.

Perekonomian

Lubang Jepang di Bukittinggi
Perkembangan pasar Loih Galuang sekarang disebut juga Pasar Ateh, membuat pemerintah Hindia-Belanda waktu itu kembali mengembangkan pasar tersebut, dengan membangun kembali sebuah loods ke arah timur tahun 1900, tepatnya pada kawasan pinggang bukit yang berdekatan dengan selokan yang mengalir di kaki bukit tersebut, karena lokasi pasar tersebut berada di kemiringan masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Pasar Teleng (Miring) atau Pasar Lereng. Perkembangan berikutnya di sekitar kawasan tersebut muncul lagi beberapa pasar berikutnya di antaranya Pasar Bawah dan Pasar Banto. Dalam penataan pasar, pemerintah Hindia-Belanda juga menghubungkan setiap pasar tersebut dengan janjang (anak tangga) dan di antara yang terkenal disebut dengan nama Janjang 40.
Untuk mengurangi penumpukan pada satu kawasan pemerintah kota Bukittinggi kemudian mengembangkan kawasan perkotaan ke arah timur dengan membangun Pasar Aur Kuning, yang saat ini merupakan salah satu pusat perdagangan grosir untuk barang-barang konveksi di kota Bukittinggi. Sementara pasar-pasar tradisional di sekitar kawasan Jam Gadang seperti Pasar Ateh, Pasar Bawah dan Pasar Lereng, saat ini berkembang menjadi tempat penjualan hasil kerajinan tangan dan cinderamata khas Minangkabau.
Disebabkan luas wilayah yang kecil, sektor perdagangan merupakan salah satu pilihan yang tepat bagi pemerintah kota Bukittinggi dalam meningkatkan pendapatan perkapitanya, dan telah menjadi salah satu daerah tujuan utama dalam bidang perdagangan di pulau Sumatera.
Selain itu pemerintah kota Bukittinggi juga menelurkan beberapa program dalam mengentaskan kemiskinan di antaranya pelatihan peningkatan deversifikasi dalam bentuk pelatihan peningkatan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wirausaha baru.

Pariwisata

Lapangan Olahraga Wirabraja
Pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan bagi kota Bukittinggi, banyaknya objek wisata yang menarik, menjadikan kota ini dijuluki juga sebagai "kota wisata". Saat ini di kota Bukittinggi telah terdapat sekitar 60 hotel dan 15 biro perjalanan. Hotel-hotel yang terdapat di kota Bukittinggi antara lain The Hills (sebelumnya Novotel), Hotel Pusako dan sebagainya.
Lembah Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut sebagai Lubang Jepang Bukittinggi.
Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau, Kebun Binatang Bukittinggi dan benteng Fort de Kock yang dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di kota Bukittinggi.
Pasar Ateh (pasas atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Di dalam Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir, serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat seperti Karupuak Sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, Karupuak Jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau dan Karak Kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8. Saat ini juga telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan modern di kota Bukittinggi.

Olahraga

Masyarakat kota Bukittinggi sangat menyukai olahraga berkuda, dan setiap tahunnya kota ini mengadakan lomba pacu kuda di Bukit Ambacang, yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1889,perlombaan pacu kuda ini merupakan rangkaian perlombaan pacu kuda yang diadakan dibeberapa kawasan lain di Sumatera Barat, dengan adanya pelombaan ini juga mendorong untuk tetap bertahannya para peternak kuda, selain sebagai tradisi juga sebagai sumber mata pencarian masyarakatnya. Selain itu pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, kawasan ini juga menjadi landasan pacu atau lapangan terbang untuk jenis pesawat kecil.

Pers dan Media

Pada masa pendudukan tentara Jepang, di kota ini pernah didirikan pemancar radio terbesar untuk pulau Sumatera waktu itu, dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan Perang Asia Timur Raya versi Jepang. Di kota ini terdapat beberapa stasiun pemancar radio sebagai sarana informasi dan hiburan di antaranya RRI Bukittinggi, Elsi FM, SK FM, GRC FM dan sebagainya.

Kota persaudaraan

Kota lain yang menjadi Sister City dari kota Bukittinggi adalah:

Galeri

Sabtu, 09 April 2011

........................


Saat mencapai puncak idaman terasa begitu melelahkan
Akankah kamu menyerah dan membuang harapanmu?
Akankan kamu meneruskan penjuangan meski dengan airmata?
Ataukan kamu berbalik dan merasa lega?
Ketika perjuangan terasa tak berharga
Akankan kamu menjerit dan terjatuh
Atau kamu menangis sembari tetap berjalan?
Bagaimana caraku mengetahui mana yang benar
Dan mana yang salah
Apakah aku seorang wanita?
Atau masih anak perempuan?
Dalam diriku aku tersesat
Terombang ambil dalam perasaan yang tak pernah kurasa sebelumnya
Dalam pencarian jati diri suci
Beban yang ku pikul terasa terlalu membebani
Semakin jauh ku berjalan
Semakin tajam serpihan kaca yang melukai kalbuku
Mengapa aku tidak berhenti?
Mengapa aku tidak menyerah?